Realita

0

 

Sumber Gambar: id.pngtree.com

Senja di tepi danau kampus dengan view yang sangat indah. Aku duduk seorang diri dengan isi kepala berantakan. Terlalu banyak pertanyaan yang ada dalam pikiran dengan keadaan hati yang gelisah. Aku memandang senja di tepi danau dengan view masjid hingga tak terasa hari mulai petang. Di temani dengan semilir angin, suara motor, dan suara mahasiswa yang bergegas ingin meninggalkan kampus. Dengan vibes khas kota Surabaya menjelang maghrib adanya suara Syi’ir Tanpo Waton karya Gus Dur mengingatkanku akan kampung halaman bersama orang tua. Hingga aku tak sadar kedua mataku mulai meneteskan air mata.

“Kalau aku gagal gimana ya?” gumamku pelan.

Dari sekian banyaknya pikiran yang ada di dalam kepala kalimat utama yang ku ucap hanyalah itu. Bukan karena aku tidak yakin dengan diriku sendiri, tetapi diri ini hanya lelah. Memikul harapan orang tua yang dibekali dengan niat dan tekad untuk jauh dari mereka demi mengais segudang ilmu. “Ngga mungkin kan ini sia-sia? Skenariomu jauh lebih indah kan tuhan? Aku ngga mau ber-ekspetasi lebih dalam lagi, karena yang ku ekspetasikan akan kalah dengan realitaku yang telah Engkau rencanakan. Engkau selalu ada di sampingku kan tuhan? Bantu aku selalu tuhan.” Lanjut gumamku dengan air mata yang menetes secara deras menghiraukan apa kata orang.

Tidak terasa senja pun mulai menghilang, langit mulai petang suara adzan dari masjid berkumandang. Aku menghapus air mataku memberi motivasi kepada diriku untuk harus selalu kuat apapun itu rintangannya harus aku hadapi. Karena aku hanya manusia yang tidak lepas dengan masalah. Aku mulai bangkit dari tempat duduk dan bergegas untuk segera pulang dan meninggalkan danau yang menjadi tempat meluapkan rasa lelahku.

Penulis: Mazarina Firdausi

Editor: Marta Ulin

Tags

Posting Komentar

0Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Situs web kami menggunakan cookie untuk meningkatkan pengalaman anda! Learn More
Accept !