Takut

0

 Oleh Aura Rachmah

Sumber Gambar: Pinterest

Di kursi plastik berwarna kuning yang berada di sudut Indomaret, aku duduk sambil menatap sebotol kopi instan yang kubeli secara acak. Orang-orang berlalu-lalang, keluar masuk toko atau sekadar berteduh dari hujan. Waktu berjalan terasa lamban, seolah-olah aku terbuai dalam lamunan yang tanpa ujung.

Aku menunduk, memandang hujan yang semakin deras. Angin membawa hawa dingin yang menusuk kulit, membuatku menarik napas dalam-dalam, mencoba menguatkan diri sendiri. "Apakah aku salah?" gumamku pelan.

Sekian pertemuan telah berlalu, tetapi hatiku masih membeku. Bukan karena aku tak ingin memulai hubungan dengan orang baru, tapi karena hati ini telah terlalu lama bersemayam dalam kesunyian. Kehadirannya mengusik, membawa rasa asing yang sudah lama tak kurasakan.

Dinding-dinding yang kuukir dengan hati-hati berusah ia dorong, tetapi ada sesuatu yang membuatku tak bisa begitu saja merobohkannya. Bukan karena aku tak mau mencoba, melainkan karena aku takut. Takut jika aku menaruh seluruh perasaanku, lalu hancur untuk kesekian kalinya. Bagiku, mencintai bukanlah perkara sederhanaada waktu dan tenaga yang kuberikan, dan aku tidak ingin semua itu berakhir sia-sia.

Hujan mulai mereda. Lamunanku terhenti ketika seorang ibu menegurku dengan lembut.  "Mbanya dari tadi melamun, takutnya kenapa-napa," katanya. Ternyata ia memperhatikanku dari tadi. Aku tersenyum kecil, sedikit terkejut tapi juga tersentuh. "Nggak apa-apa, Bu. Makasih," jawabku pelan.

Aku bangkit, melangkah keluar, lalu menaiki motor tua peninggalan Bapak. Mesin motor berderu pelan, menyatu dengan sisa rintik yang masih jatuh di atas aspal. Angin dingin menyentuh wajahku saat roda mulai berputar, membawa serta harapan kecil di sudut hati bahwa mungkin, suatu hari nanti, aku akan berani mencoba lagi.

Dalam perjalanan pulang, kata-kata ibu tadi terngiang. Ada sesuatu tentang kepeduliannya yang sederhana, yang membuatku bertanya-tanya: mungkin aku tidak benar-benar sendirian.

Mungkin, di luar sana, ada seseorang yang akan berhenti sejenak dan menatapku dengan perhatian yang sama. Dan mungkin, kali ini aku akan berani menatap balik, tanpa rasa takut yang menahan.

Editor: Alfil Laeli

Tags

Posting Komentar

0Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Situs web kami menggunakan cookie untuk meningkatkan pengalaman anda! Learn More
Accept !