Sumber Gambar: instagran.com/wregas_bhanuteja |
Nama Film: Penyalin
Cahaya/Photocopier
Sutradara: Wregas Bhatuneja
Penulis: Wregas Bhatuneja
Durasi: 130 menit
Genre: Drama thriller misteri
Rilis: 8 Oktober 2021
Sinopsis:
Film Penyalin Cahaya atau yang dikenal sebagai Photocopier merupakan
salah satu film Indonesia yang disutradarai oleh Wregas Bhatuneja. Film ini
ramai diperbincangkan lantaran sukses menjuarai film terbaik pada Festival Film
Indonesia tahun 2021. Namun, reputasi film ini sempat tercoreng diduga kasus
pelecehan seksual yang dilakukan co-writer atau asisten penulis yang
bernama Henricus Pria.
Tidak bisa dipungkiri, film ini mengangkat topik pelecehan seksual berbalut
dengan alur yang cerdas dan dipenuhi dengan plot twist di dalamnya. Sehingga
sampai sekarang, film garapan Wregas ini masih banyak diminati oleh para
penonton.
Photocopier menceritakan tentang mahasiswi jurusan komputer bernama
Suryani. Kejadiannya bermula ketika Sur menghadiri pesta kemenangan organisasi kampus
bersama teman-temannya. Namun, kehidupan Suryani berubah drastis setelah
perayaan tersebut. Semuanya disebabkan oleh foto selfie dirinya saat mabuk dan
beredar di media sosial yang menyebabkan ia harus kehilangan beasiswanya.
Tidak terima begitu saja, Sur merasa ada kejanggalan dan dijebak. Ia bertekad
untuk menemukan kebenaran dengan meretas ponsel para anggota teater dibantu
dengan temannya, Amin yang bekerja sebagai tukang fotokopi di dekat kampus.
Dari situlah kebenaran mulai terbongkar satu-persatu. Sur mendapati bahwa
dirinya telah menjadi salah satu korban pelecehan seksual. Mirisnya, saat ia
mencoba speak up terkait permasalahannya, hanya beberapa orang saja yang
percaya dan pihak kampus sendiri tidak memperdulikan itu lantaran ingin menjaga
nama baiknya.
Selain itu, Sur juga kalah dengan pelaku. Hal ini disebabkan karena pelaku dan
ayahnya merupakan orang berpengaruh dan lebih hebat dari dirinya. Kisah Sur
tentunya sangat mirip dengan adanya perjuangan korban pelecehan seksual dalam
Indonesia yang mencoba untuk mencari keadilan. Namun, terkadang perjuangan
mereka berakhir sia-sia hanya karena pelaku mempunyai kuasa lebih seperti yang
dialami oleh Sur.
Kelebihan :
Film ini memiliki banyak sekali kelebihan yang menjadikannya sangat menonjol.
Penulis berhasil menciptakan alur yang membuat penonton bertanya-tanya apa
adegan selanjutnya. Di samping itu, film penyalin cahaya menyadarkan kita
betapa sulitnya para korban pelecehan seksual yang marak terjadi di Indonesia
mendapatkan perlakuan yang adil.
Tak hanya itu, penulis juga berhasil menciptakan simbol semiotika yang ada
dalam film penyalin cahaya. Salah satunya yaitu kisah Medusa dan Perseus yang
menjadi pertunjukkan dalam teater matahari. Dalam mitologi Yunani, Medusa
merupakan korban pemerkosaan oleh Poseidon, namun ia justru menerima hukuman
dari Athena yang mengubahnya menjadi monster berambut ular.
Kemudian hadir Perseus, sosok setengah dewa yang ditugaskan untuk memenggal
kepala Medusa. Walaupun sosok Medusa sering dianggap sebagai tokoh antagonis, ia
merupakan gambaran terhadap perlawanan sistem patriarki.
Film ini semakin menarik dengan cuplikan kegiatan fogging untuk pemberantasan
nyamuk demam berdarah yang dikaitkan dengan slogan 3M yakni (menguras, menutup,
mengubur). Slogan tersebut dimaknai sebagai kasus pelecehan seksual yang
seringkali ditutup, dikubur yang menguras emosi mendalam bagi korban.
Kekurangan:
Dibalik prestasinya, film Penyalin Cahaya tetap memiliki beberapa kekurangan. Kasus
dugaan pelecehan seksual yang melibatkan asisten penulis menjadi noda dalam
perjalanan film ini. Dari segi cerita terdapat beberapa adegan yang tidak
terlalu penting di awal yaitu saat Sur diputus beasiswanya. Namun, ternyata
adegan tersebut merupakan kunci penting yang membuka jalan menuju kasus utama.
Tak hanya itu, salah satu aspek yang kurang tergarap dalam film ini adalah
eksplorasi emosi para penyintas, seperti trauma yang mereka alami dan upaya
mereka dalam mengatasi trauma tersebut. Hal ini terjadi karena alur cerita
sejak awal hanya berfokus pada pencarian pelaku dibalik kekacauan konflik yang
terjadi.
Penulis: Isnaini Hikmatul
Editor: Naura Maulika