Sultan Abdul Hamid II: Kekuatan Terakhir Khilafah Islam di Abad Modern

0

 

Sumber Gambar: https://images.app.goo.gl/KJD8jQiqaS8Nfuqm9

Sehzade Abdul Hamid, lahir pada tanggal 16 Sya’ban 1258 H (1842). Ibundanya, Tirimugjan Kadinefendi, wafat saat beliau genap berusia 10 tahun. Sejak itu, beliau diasuh oleh seorang ibu tiri yang tidak memiliki anak, sehingga Sehzade Abdul Hamid II dididik seperti anak kandung sendiri. Sehzade Abdul Hamid II memiliki kepribadian yang santun dan religius. Suaranya lemah lembut, tenang tetapi tegas. Sebagai anggota keluarga istana, Abdul Hamid mendapatkan pendidikan terprogram dari para pembesar dan guru terbaik pada masanya. Beliau belajar Bahasa Arab dan Persia dari Ferid dan Serif Efendi, sejarah dari Vak'anüvis Lutfi Efendi, serta Bahasa Prancis dari Edhem, Kemal Pasha, dan seorang Prancis bernama Gardeterta. Selain itu, beliau juga mendalami ilmu tasawuf dan gemar menulis dalam Bahasa Turki.

Pada tanggal 11 Sya’ban 1293 H atau 31 Agustus 1876, Sehzade Abdul Hamid II resmi dibaiat pada usia 34 tahun sebagai Sultan Utsmani sekaligus Khalifah Islam menggantikan saudaranya, Murad V, yang dilengserkan karena sakit keras. Pembaiatan dihadiri oleh para wazir dan pembesar negara dari kalangan sipil hingga ulama terkemuka Utsmani pada masa itu. Lokasi pelantikan ada di istana Topkapi yang kini menjadi museum peradaban Islam. Suasana pelantikan sangat meriah, meriam ditembakkan di seluruh penjuru kekaisaran, dan kota Istanbul dihiasi selama tiga hari penuh.

Masa pemerintahan Sultan Abdul Hamid II adalah masa dimana Turki Utsmani harus menghadapi berbagai konflik. Baik secara eksternal dengan Kekaisaran Rusia, Kerajaan Austria, Kerajaan Inggris, dan aliansinya, maupun secara internal dengan para nasionalis di Balkan, Freemasonry, dan pasukan Turki Muda (Turkiya Al-Fatat). Meski demikian, beliau tetap berupaya memperbaiki negara dengan berpijak pada syariat Islam serta mencegah berbagai campur tangan Eropa dalam urusan kenegaraan Utsmani. Beliau menjauhkan para penulis dan wartawan dari ibukota serta melakukan perlawanan terhadap para orientalis Eropa pro-Barat, yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Dalam hal itu juga, beliau membentuk badan intelijen yang kuat untuk melindungi negara dari ancaman Bangsa Eropa yang mengancam politik bersyariat Islam, serta mencari tahu perkembangan dan memantau keluhan dari masyarakat.

Salah satu jasa besar beliau adalah keberhasilannya dalam menolak rencana pendudukan Palestina oleh kaum Zionis. Theodor Herlz, pendiri dan pemimpin Zionist Yahudi pertama, menghadap langsung kepada Sultan Abdul Hamid II di Istana Yildiz, Istanbul pada bulan Juni 1896 M. Bersama Neolanski, dia menawarkan 20 Juta Lira untuk memperbaiki kondisi perekonomian di Turki, membeli tanah di Palestina, serta menebus hutang-hutang negara di Bank Eropa. Namun, dengan tegas beliau menolak semua tawaran tersebut. Sejak awal beliau sudah memperkirakan akan ada iming-iming dari kunjungannya. Beliau sadar bahwa orang Yahudi memiliki seni kerja yang terorganisir. Bisnis mereka juga menguasai jaringan bisnis internasional. Dengan harta yang berlimpah itu, mereka dapat melakukan apapun sesuai kehendaknya.

Masa akhir pemerintahan Sultan Abdul Hamid II, diwarnai dengan berbagai tuduhan keji. Beliau dianggap bertanggungjawab atas peristiwa berdarah 31 Maret 1909 di Istanbul atas dibunuhnya militer. Selain itu, beliau juga dituduh melakukan foya-foya, membakar mushaf-mushaf, dan melakukan berbagai kedzaliman bahkan pembunuhan. Karena itulah, dibentuk sebuah majelis yang dipimpin oleh Sai’d Pasha. Akhirnya, Sultan bersama keluarga dibawa ke Thessaloniki dengan kereta api khusus dari Sirkeci. Dengan itu, berakhirlah masa jabatan beliau sebagai Khalifah. Kemudian, pada tanggal 1 November 1912 M beliau memutuskan untuk pulang ke Istanbul dan diasingkan di Istana Beylerbeyi hingga akhir hayatnya.

Setelah lengsernya Sultan Abdul Hamid II, kekhalifahan beralih kepada adiknya, Sultan Mehmed Reşad. Namun, posisi Khalifah saat itu hanya berfungsi sebagai simbol negara dan tak bisa mendapatkan hak penuh dalam mengurus pemerintahan. Kekuasaan telah menjadi hak kendali Partai Kesatuan dan Pembangunan Turki (İttihat ve Terakki). Bahkan mereka mengubah Haluan negara Islam menjadi negara nasionalisme dan fanatisme. Jadi, karena alasan inilah sebagian sejarawan menganggap Sultan Abdul Hamid II sebagai Khalifah terakhir, meski sebenarnya kesultanan masih berlanjut setelahnya .

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi, Sultan Abdul Hamid II The Last Khalifah, Solo           57162

Cevdet Kücük, Abdul Hamid II, Türkıye Diyanet Vakfı Islam Ansiklopedis. Artikel          dapat diakses melalui https://islamansiklopedisi.org.tr/abdulhamid-ii

Penulis: Rayhan Faza

Editor: Marta Ulin

Tags

Posting Komentar

0Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Situs web kami menggunakan cookie untuk meningkatkan pengalaman anda! Learn More
Accept !