Oleh Mochammad Jamalul Insan
Sumber Gambar: www.freepik.com |
Apasih yang dilakuin sama cewek jomblo umur 23 tahun yang kerja kantoran dengan gaji tinggi tapi belom punya pacar? Yap, betul, nangis meratapi nasib. Tapi ya kalau nangis terus, buat apa juga? Jadi, hari ini Alia pengen dapet sesuatu yang beda. Mumpung weekend, nggak ada yang ganggu, dan nggak ada yang ngajak jalan juga (hiks, kok tambah sedih pas dipikir-pikir lagi). Sudahlah, fokus! Misi hari ini: nyari anjing yang lucu buat dijadiin peliharaan. Pengen banget punya peliharaan berbulu yang kalau dipeluk bisa nyaman. Daripada peluk kenangan pahit terus, kan?
Pertama-tama, aku harus mandi dulu. Yap, aku baru bangun tidur, Tehee! Jam delapan pagi akhirnya aku udah duduk di Teresa kesayanganku yang empuk, bersih, dan wangi (Btw, Teresa itu nama mobilku, Apa? Gila? Biarin lah, mobilku sendiri ini.) Waktunya menuju tempat penampungan hewan liar. Menurutku, daripada beli, mending adopsi aja. Selain murah, itu juga mulia dong, merawat hewan terlantar. Urusan galak atau nggaknya nanti aja dipikirin. Pusingnya belakangan.
“Di sini, kak untuk shelter anjingnya. Kalau ada apa-apa, bisa panggil saya di depan ya, kak,” kata mas petugas sambil senyum ramah.
Aw, cowok yang baik. Padahal masih keliatan muda, tapi udah kerja ngurusin kandang hewan yang bau dan gak higienis. Idaman banget sih. Eh, eh, balik lagi fokus, Alia! Kamu di sini mau cari peliharaan, bukan jodoh. Balikin kesadaranmu, terus mulai cari anjing yang cocok.
Ternyata nggak semudah itu, Ferguso. Kukira bakal nemu anjing-anjing imut kaya Chihuahua atau Pudel. Tapi kenyataannya, anjing di sini gede-gede, liurnya nyebar, dan tampangnya garang banget. Mana golden retrieverku? Mana Shiba Inu-ku? Huu....
Akhirnya, Alia nggak nemu apa-apa di shelter anjing. Bener-bener bikin takut sih. “Ya begitulah, kak kalau shelter anjing,” kata mas petugas tadi sambil nemenin Alia keluar. Lumayan lah, kayak kencan kecil, ya nggak sih? Eh, sudahlah.
Kebetulan ketika aku keluar dari shelter anjing, kami harus melewati shelter kucing dulu. Berbeda sekali dengan shelter anjing, shelter kucing lebih anteng, dan mereka bakal mengeong keras ketika didekati saja. Sekalian karena nggak dapat apa-apa di shelter anjing, aku coba lihat-lihat di shelter kucing. Sampai “Mas, kok kucing ini ada sayapnya?” Ini benar-benar aneh. Aku melihat seekor kucing oranye, yang sebelumnya tidur biasa, tapi tiba-tiba dia ngeluarin sayap putih yang berkilau bak bidadari. Gila banget. Atau kayaknya aku yang gila, kah? “Bisa aja nih, kak bercandaannya.” Yap, nggak percaya. Jelas banget nggak akan ada yang percaya. Meskipun aku videoin sambil live stream di media sosial nggak akan ada yang percaya. Aku langsung berhenti di situ dan memutuskan: AKU BAKAL BAWA DIA. Titik, nggak pakai koma.
Registrasinya nggak terlalu ribet kalau di tempat penampungan kayak gitu. Kita cuma perlu bayar kandang yang kita bawa pulang sama uang makan hewan tersebut selama di tempat penampungan. Dan ya, nggak perlu lama langsung ku bawa nih kucing oren ini ke dalam Teresa. Kucing menurut Alia itu hewan yang Alia sendiri nggak tahu imutnya ada di mana. Karena emang yang namanya kucing itu udah kayak hama. Lagian perasaan tadi niatnya pengen bawa anjing deh, kok jadi kucing? Ya sudahlah, nasi sudah jadi bubur. Diapa-apain juga nggak bisa.
“Selamat datang di rumah tercinta, home sweet home.” Yap, teriak sendirian di rumah karena emang ini rumahku sendiri. Nggak ada orang, nggak ada yang ngatur. Tapi sekarang ada penghuni baru: kucing oren aneh yang Alia sendiri nggak tahu harus diapain. Pokoknya itu sayap beneran apa nggak! Tapi semoga saja nggak ada sih. Kalau beneran bisa gila sudah. Kucing yang kubawa bener-bener masih lemes. Kusiapin makanan kucing yang tadi kubeli pas perjalanan pulang dan air mineral buat si Oyen ini. Yap, sesuai ekspektasi, dia nggak mau makan. Ugh... kenapa sih? Anda error, kah? Ayolah, Oyen, makan dong. Alia bener-bener nungguin depan kandang sampai sejam eh nggak dimakan-makan. Alia kan jadi kesel. Ya sudahlah, terserah. Alia mau tidur aja daripada tunggu nggak jelas gini.
“Anak aneh, jadi anak itu nurut sama orang tua. Elu itu udah dikasih makan masih aja ngebantah. Otak dipakai, dong!” Apalagi ini? Mimpi buruk? Yaelah, udah umur 23 tahun gini masih aja bisa mimpi buruk, ya? Tapi ya, jadi keinget dulu. Eh kok Alia nangis sih, sialan. Aku kan udah gede. Aku sudah nggak sama papa lagi. Kenapa masih sakit sih? Kok gini sih, Alia. Aku bener-bener nggak bisa nahan lagi. Aku keluar kamar menuju ruang tamu. Kulihat Oyen yang masih belum juga tidur. Aku tidak peduli lagi. Kuambil Oyen dari kandang lalu kupeluk. Aku ingin memeluk sesuatu, meskipun Oyen masih kotor banget, bau kencing, tapi kelembutannya membuatku tenang. “Maaf ya, Oyen. Tapi aku nggak ingin ditinggalin kamu juga.” Aku benar-benar hancur ketika ingat masa laluku sendiri. Aku nggak kuat nahan rasa sakit yang ditinggalin papi-ku. Dan ya, sepertinya aku gila. Oyen ngeluarin sayap lagi. Ini adalah yang kedua kalinya aku melihat sayap bidadari itu. Dan kali ini berada pada dekapanku. Mataku terperanjat. Sayap itu benar-benar indah. Aku meneteskan air mata sambil tersenyum. Dalam hati, aku berdoa untuk keberlangsungan kehidupan kami berdua menuju kehidupan yang bahagia. “Kayaknya Alia emang gila deh,” bisikku sambil cekikikan.
Keesokan paginya, sebuah apartemen bernomor 833 dengan nama pemilik Alia Kunta Sari itu dipenuhi garis polisi. Ditemukan tubuh tidak bernyawa seorang gadis berusia 23 tahun dalam keadaan yang tidak bisa didefinisikan. Seluruh tubuhnya kering hampir tidak ada setetes pun air di jasadnya. Di depan tubuh tak bernyawa itu ada sebuah kandang besar yang diperkirakan baru diambil kemarin dengan kucing di dalamnya. Setelah diselidiki ditemukan bahwa perempuan ini telah mengambil kucing dari tempat penampungan lalu merawatnya. Entah bagaimana, tapi tidak ditemukan jejak kucing di luar kandang. Hanya di dalam kandang saja jejak kucing terlihat jelas dengan sinar biru UV. Sampai sekarang polisi setempat sedang mencari alasan di balik meninggalnya wanita di apartemen 833. Mereka tidak tahu bahwa ada seekor kucing berwarna oranye dengan sayap lebar menggelegar yang sedari tadi memperhatikan dari kejauhan. Dengan tubuh yang jauh lebih bernyawa dan wajah yang menyeringai, seolah-olah mengejek setiap muka di sana. Kucing oranye bersayap di sana benar-benar tidak cocok jika sayapnya berwarna putih. Seharusnya sayapnya berwarna hitam saja agar menandakan seberapa kotornya kucing oranye bersayap tersebut.
Editor: Alfil Laeli