Menggali Narasi Pengaruh Kesehatan Mental Perempuan di Era Stereotip Gender

0

 

sumber gambar: freepik.com

Dalam bayang-bayang tuntutan harian dan ekspektasi sosial, kesehatan mental perempuan sering kali terabaikan. Namun, dibalik senyuman dan pencapaian terdapat narasi yang mendalam tentang perjuangan dan ketahanan. Tulisan ini mengajak kita untuk memahami kompleksitas kesehatan mental perempuan, menjelajahi tantangan yang dihadapi, serta merintis langkah-langkah menuju masyarakat yang lebih peduli dan mendukung. Dalam konteks kesetaraan gender, tulisan ini juga akan menggali bagaimana ketidaksetaraan gender dapat memengaruhi kesehatan mental perempuan.

Pada saat ini perempuan masih sering, bahkan selalu dianggap sebagai sosok yang harus berdiam diri saja di rumah dan jika harus meniti karir serta memperbaiki kualitas dirinya dengan bekerja keras atau menempuh pendidikan tinggi, maka mereka akan dianggap melampaui laki-laki dan itu adalah sebuah kesalahan.

Pandangan tersebut memunculkan stereotip atau pandangan umum yang sederhana, tetapi tidak akurat oleh kelompok atau masyarakat terhadap suatu individu sehingga akan menimbulkan suatu persepsi yang seolah-olah buruk.

Kesehatan mental perempuan sering kali dipengaruhi oleh ketidaksetaraan gender yang masih terjadi dalam masyarakat. Beban ekspektasi sosial, norma-norma budaya, dan ketidaksetaraan dalam akses terhadap peluang dapat menyebabkan tekanan mental pada perempuan, hal itu sangat membebani pikiran para perempuan serta menghambat kemauan dan tidak ingin untuk meminta tolong atau meminta bantuan karena dianggap sudah memilih jalan yang salah yaitu melampaui laki-laki  karena jika mereka meminta tolong, mereka akan dianggap telah menurunkan standar dan orang-orang sekitarnya semakin membenarkan pandangan bahwa perempuan tidak harus setinggi itu jika masih butuh bantuan dari laki-laki.

Jika ada seorang perempuan yang berpendidikan tinggi, memiliki banyak prestasi, karir yang cemerlang, serta tekun dan sukses dalam pekerjaannya dia akan tetap menghadapi pandangan bahwa kesuksesannya melebihi batas tradisional terhadap perempuan.

Orang-orang mungkin akan menilainya “terlalu ambisius atau bahkan seorang perempuan tidak pantas berlebihan seperti itu dan kata-kata itu pastinya akan berdampak negatif pada kesehatan mental perempuan. Stigma tentang perempuan yang melampaui batas laki-laki, terlalu ambisius, atau bahkan berlebihan akan membuatnya merasa lingkungan sekitar tidak mendukung pencapaiannya. Diskriminasi gender akan membuat perempuan merasa tidak diakui dan tidak dihargai.

Hal tersebut dapat memicu rasa kesendirian atau merasa tidak mempunyai siapa-siapa untuk mendukungnya ketika dia merasa lelah ataupun terpuruk. Akan muncul banyak sekali rasa tidak dimengerti sehingga menyebabkan ketidakseimbangan yang merugikan kesehatan mental.

Hal seperti itu tidak hanya terjadi pada wanita yang belum berkeluarga atau belum menikah, justru mereka yang sudah menikah dan tetap memilih mempertahankan karirnya akan merasa mendapat tekanan ganda karena dia berusaha menjaga keseimbangan antara karir dan juga tanggung jawabnya sebagai ibu rumah tangga. Dalam konteks ini lagi-lagi perempuan akan disalahkan karena tidak mau meninggalkan karirnya dan fokus pada pekerjaan rumah tangga, padahal pekerjaan rumah tangga adalah pekerjaan suami juga. Namun, sering kali pekerjaan rumah tangga dianggap sebagai pekerjaan yang hanya dilakukan oleh istri dan sekali lagi hal itu merugikan kesehatan mental mereka serta akan menciptakan tekanan emosional yang berbeda.

Dalam menanggapi kompleksitas tantangan yang dihadapi oleh perempuan dalam perjuangan meraih kesetaraan dan kesehatan mental, penting bagi kita semua untuk bersama-sama merintis langkah-langkah menuju masyarakat yang lebih peduli dan mendukung. Melalui edukasi, pemahaman, dan perubahan sikap, kita dapat mengatasi stereotip yang merugikan, menciptakan lingkungan di mana setiap individu tidak memandang jenis kelamin, dan dapat meraih kesuksesan tanpa dibatasi oleh norma-norma gender yang usang. Sebuah masyarakat yang memandang setiap pencapaian sebagai prestasi kolektif tanpa memandang gender adalah langkah awal menuju kesetaraan yang sesungguhnya.



Penulis: Evi Kurnia Putri

Editor: Lenyyy

Tags

Posting Komentar

0Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Situs web kami menggunakan cookie untuk meningkatkan pengalaman anda! Learn More
Accept !