PBAK hari ketiga dilaksanakan pada tanggal 16 Agustus 2019, bertempat di Fakultas Adab dan Humaniora (Fahum) gedung multimedia C2. Kali ini, materi PBAK difokuskan pada pengenalan tentang seluk-beluk Fakultas, termasuk tata kelola fakultas, kode etik mahasiswa, pengenalan prodi, dan sistem SIAKAD serta sistem perkuliahan. Lokasi pelaksanaannya sendiri tahun ini berbeda dengan tahun-tahun kemarin yang diadakan di Aula Fakultas Dakwah. Namun, tahun ini lokasi PBAK dilaksanakan di Fakultas Adab sendiri.
“Tahun lalu memang pelaksanaan PBAK dilaksanakan di aula Fakultas Dakwah. Namun, setelah diamati ternyata Fakultas Dakwah dirasa kurang aman dan kondusif bagi mahasiswa baru. Kemudian, dari pusat disarankan agar dialihkan ke gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam lantai tujuh. Tapi, hal ini tetap dirasa kurang kondusif sehingga kami putuskan untuk kembali ke Fakultas Adab sendiri.” ujar Wadek III, Dr. Nasaruddin, M.Ed.
Masalah lain yang dihadapi adalah aula Fahum yang memang kurang luas sehingga tidak dapat menampung keseluruhan mahasiswa baru (maba) Fahum. Wadek III menuturkan bahwa hal ini dapat diantisipasi dengan cara membagi maba menjadi dua lokasi. Lokasi pertama dipilih Aula Fahum di lantai empat dan di lantai satu dengan cara menyatukan ruang kelas C2-103 sampai C2-103.
“Karena Fakultas kita hanya memiliki aula di lantai empat saja dan memang tidak dapat menampung keseluruhan Mahasiswa baru, maka kita memutuskan untuk membongkar yang bawah. Hal ini semata-mata bertujuan untuk memberikan kenyamanan terhadap maba Fahum.” Jelas beliau.
Pelaksanaan PBAK hari ini diawali dengan pembukaan di depan gedung Multimedia C2 Fahum. Pembukaan diisi oleh sambutan Dekan Fakultas Adab dan Humaniora, Dr. H. Agus Aditoni, M.Ag. Selanjutnya, kegiatan dilanjutkan didalam ruangan untuk pemberian materi-materi yang berkaitan dengan fakultas. Respon mahasiswa baru hari ini terlihat antusias dalam menerima materi yang diberikan.
Sedangkan menurut pendapat Dekan terkait PBAK tahun ini terdapat perubahan dalam pemberian materi kepada mahasiswa baru. Yaitu lebih pada pengenalan pada sisi budaya akademik dan kampus yang lebih menekankan pada sisi kemahasiwaan yang seimbang antara intelektual dan spiritual.
“Pembekalan materi dalam mempersiapkan diri menjadi bagian dari civitas akademik. Dengan cara mengenalkan kepada mahasiswa baru terkait materi yang dilihat dari sisi budaya akademik dan kampus yang kemudian diganti menjadi kemahasiswaan. Di era digitalisasi ini apabila kecerdasan intelektual tidak dibarengi dengan kecerdasan spiritual akan berbahaya. Apalagi seperti kampus kita ini yang berbasis Islam harus bisa menampakkan keislaman tapi dengan bingkai kebangsaan.” Jelas Dekan Fahum, Dr. H. Agus Aditoni, M.Ag. (an)