Esensi Peristiwa Isra’ Mi’raj dalam Relevansi Kehidupan Modern

0

 
Sumber Gambar: istockphoto.com/wing-wing

    Seminggu yang lalu, tepat pada tanggal 27 Rajab, kaum muslimin di seluruh dunia memperingati hari Isra’ Mi’raj. Hari di mana Rasulullah Muhammad SAW pada tahun ke 11 Kenabian pasca peristiwa Amul Huzni (hari kesedihan), yakni peristiwa wafatnya istri tercinta beliau, Sayyidah Khadijah R. A dan paman yang paling melindungi beliau, Abu Thalib bin Abdul Muthalib.  Isra’ secara bahasa artinya perjalanan seserorang di malam hari, sedangkan secara makna adalah perjalanan Rasulullah dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa. Sementara itu, Mi’raj secara bahasa artinya alat untuk naik, sedangkan secara istilah adalah perjalanan Rasulullah dari Yerusalem ke Sidratul Muntaha (sebuah tempat yang paling tinggi di atas langit ketujuh). Maka dengan demikian, peristiwa Isra’ Mi’raj adalah perjalanan Rasulullah SAW dari Makkah ke Yerusalem atau dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa. Dalam Surah Al-Isra’ ayat satu disebutkan bahwa, Rasulullah telah diperjalankan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, yang berbunyi:

السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ الْمَسْجِدِ الْاَ قْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَا ۗ اِنَّهٗ هُوََ سُبْحٰنَ الَّذِيْۤ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ

"Maha Suci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat."

    Adapun ayat yang menjelaskan Mi’raj Rasulullah Sholallahu Alaihi wa Salam, yaitu Surah An-Najm ayat 12-18 yang berbunyi:

اَفَتُمٰرُوْنَهٗ عَلٰى مَا يَرٰى 12 وَلَقَدْ رَاٰ هُ نَزْلَةً اُخْرٰى 13 عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهٰى 14 عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوٰى15 اِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا 16  مَا زَا غَ الْبَصَرُ وَمَا طَغٰى 17 لَقَدْ رَاٰ ى مِنْ اٰيٰتِ رَبِّهِ الْكُبْرٰى18 

"(12) Maka apakah kamu (musyrikin Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang dilihatnya itu (13) Dan sungguh, dia (Muhammad) telah melihatnya (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (14) (yaitu) di Sidratilmuntaha (15) Di dekatnya ada surga tempat tinggal (16) (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratilmuntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya, (17) penglihatannya (Muhammad) tidak menyimpang dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. (18) Sungguh, dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kebesaran) Tuhannya yang paling besar.

    Lalu bagaimanakah relevansi makna peristiwa Isra’ Mi’raj dalam proses spiritual umat Islam di tengah arus modernisasi ini?

    Dalam kehidupan yang berjalan tanpa adanya sosok Rasulullah, peristiwa Isra’ Mi’raj mengajarkan umat Islam untuk tetap teguh menjaga prinsip agama dengan selalu mengingat Allah SWT dalam salat lima waktu. Salat lima waktu memiliki peran penting bagi umat Islam dalam menjaga disiplin waktu serta keseimbangan fisik dan spiritual di tengah kesibukan dunia. Dalam hal ini juga, spiritualitas dapat menjadi kekuatan utama dalam menghadapi tekanan hidup, karena kita diajak untuk selalu berkomunikasi dan bergantung hanya kepada Allah SWT. Seperti diketahui bahwa peristiwa ini terjadi pada saat masa-masa sulit Rasulullah SAW dan menjadi bentuk penghiburan dari Allah SWT untuk menguatkan mental serta batin beliau. Peristiwa ini menunjukkan bahwa dalam setiap kesulitan pasti ada pertolongan dari Allah SWT. Tak hanya itu, peristiwa ini juga mengajarkan bahwa pentingnya menjadikan ibadah sebagai motivasi kita dalam menjalankan hiruk pikuk kehidupan. 

    Isra’ Mi’raj bukan hanya peristiwa bersejarah bagi umat Islam, tapi juga sebagai pengingat bahwa kita harus senantiasa percaya akan pertolongan Allah SWT serta menjalankan hidup dengan penuh kasih kepada sesama. Peristiwa ini tidak hanya dapat dijadikan pelajaran oleh umat Islam saja, tetapi oleh setiap insan dan generasi sekarang yang di mana mereka dapat menjadikan Isra’ Mi’raj sebagai motivasi hidup agar lebih bermakna dengan senantiasa diikuti oleh kesadaran akan pentingnya kedisiplinan, kesabaran, serta keikhlasan dalam menjalani kehidupan.

Penulis: Rayhan Faza Surya
Editor: Marta Ulin
Tags

Posting Komentar

0Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Situs web kami menggunakan cookie untuk meningkatkan pengalaman anda! Learn More
Accept !