Sumber Gambar: Freepik.com |
Mahasiswa sering kali dipandang sebagai agen perubahan dan penerus bangsa yang diharapkan mampu menyeimbangkan antara prestasi akademik, organisasi, dan kehidupan sosial. Namun di balik harapan ini, fenomena burnout di kalangan mahasiswa menjadi isu yang kian mencuat. Burnout atau kelelahan fisik dan mental akibat tekanan yang berlebihan, bukan lagi sekadar masalah individu, tetapi juga mencerminkan adanya celah dalam sistem pendidikan dan dukungan sosial yang tersedia.
Ekspektasi terhadap mahasiswa sering kali tidak realistis. Baik itu tuntutan untuk mendapatkan nilai sempurna, aktif dalam organisasi, maupun bersaing di dunia kerja sejak dini. Semua aspek tersebut, menciptakan tekanan luar biasa yang tidak hanya datang dari sistem pendidikan, tetapi juga dari keluarga dan masyarakat. Narasi seperti "kamu harus sukses" atau "kuliah adalah investasi masa depan" sering kali memaksa mahasiswa untuk mengorbankan kesehatan fisik dan mental mereka demi memenuhi standar orang lain. Hal ini diperparah dengan dunia yang nyatanya semakin kompetitif. Fenomena ini turut tercermin dari meningkatnya kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa.
Di sisi lain, sistem pendidikan tinggi di Indonesia tampaknya belum sepenuhnya responsif terhadap isu kesehatan mental. Banyak universitas yang masih minim menyediakan layanan konseling psikologis yang mudah diakses, murah, dan efektif. Bahkan, beberapa mahasiswa mengaku enggan mencari bantuan karena stigma yang melekat pada kesehatan mental. Namun, ini tidak bisa sepenuhnya menjadi tanggung jawab individu untuk mengontrol diri. Institusi pendidikan harus menyediakan lingkungan yang mendukung, seperti kurikulum yang lebih fleksibel, pengurangan beban tugas yang tidak relevan, serta akses mudah ke layanan kesehatan mental.
Fenomena burnout pada mahasiswa adalah masalah kompleks yang berasal dari ekspektasi tinggi dan kurangnya dukungan. Jika tidak ditangani, hal ini berpotensi menciptakan generasi muda yang kehilangan arah dan semangat. Oleh karena itu, kolaborasi antara mahasiswa, institusi pendidikan, dan masyarakat menjadi kunci untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan mendukung bagi mahasiswa. Saatnya kita mengakui bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan prestasi akademik.
Penulis: Siti Nur Nazilatul Zulfa
Editor: Naura Maulika