![]() |
Sumber gambar: LPM Qimah |
Mahasiswa
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Ampel Surabaya pasti sudah tidak asing
dengan Bapak Nasaruddin Idris Jauhar atau yang akrab disapa Pak Nasar. Beliau adalah
seorang Dosen di UIN Sunan Ampel Surabaya, Fakultas Adab dan Humaniora, prodi
Bahasa dan Sastra Arab di jenjang S1 dan Pendidikan Bahasa Arab di
Pascasarjana. Beliau juga sempat menjadi Wakil Dekan 3 Fakultas Adab dan
Humaniora pada tahun 2018-2022. Maka dari itu, beliau juga sangat dekat dengan
anak didiknya.
Beliau menempuh
pendidikan S1 di prodi Bahasa dan Sastra Arab UIN Sunan Ampel Surabaya
(sebelumnya bernama IAIN) pada tahun 1992-1996. Kemudian melanjutkan studi S2
dan S3 di Sudan pada tahun 2000-2006. Beliau sempat bercerita mengenai alasannya
memilih berkuliah di UIN Sunan Ampel Surabaya karena di tahun itu belum banyak
kampus-kampus, sehingga banyak remaja yang lulus SMA mencari perguruan tinggi
di kota-kota besar seperti Mataram, Surabaya, dan Makasar. Berbeda dengan
sekarang yang sudah banyak berdiri perguruan tinggi di kota asalnya, Bima Nusa
Tenggara barat.
Sebagai dosen,
beliau acap kali memberi motivasi pada para mahasiswanya untuk belajar bahasa
arab. “Jangan menunggu dikondisikan dari luar, harus muncul motivasi yang kuat
dari dalam. Keinginan yang kuat untuk punya kemampuan berkomunikasi dengan
Bahasa Arab,” tuturnya.
Menurutnya,
problem yang dialami mahasiswa Bahasa dan sastra Arab adalah kurangnya
penguasaan pada penggunaan bahasa Arab yang menjadi sumber kajian mereka,
karena bahasa itu tidak hanya sebuah ilmu, melainkan skill yang harus dibiasakan.
Beliau sangat berharap agar mahasiswa memiliki kemauan menguasai Bahasa Arab,
karena itu konsekuesi yang tidak bisa di tawar-tawar lagi, seperti halnya di
prodi bahasa asing lainnya.
Menindaklanjuti
harapan beliau agar para mahasiswa mempunyai kemauan berbahasa Arab, Pak
Nasaruddin memanfaatkan media digital untuk menyediakan materi bahasa Arab.
Melalui saluran telegram, beliau membuat grup bernama Uslub Bahasa Arab yang
berisikan mufrodat-mufrodat beserta contoh penggunaannya yang bisa digunakan
dalam percakapan sehari-hari. Hal ini dilakukan karena beliau juga mengakui
bahwa tidak mudah menggunakan bahasa Arab, terlebih ketika bertemu istilah-istilah
yang sedang tren.
Selain itu,
beliau menganggap bahwa ini merupakan kewajibannya selaku dosen dan guru bahasa
Arab untuk menyediakan kebutuhan berbahasa. Grup telegram ini menggunakan
format bahasa Indonesia-Arab yang fungsinya bukan untuk digunakan sebagai
penerjemah, melainkan untuk berbicara dan menulis. Selain di telegram, beliau
juga memanfaatkan berbagai media digital lainnya, seperti Instagram, Facebook
dan websitenya yang bernama lisanarabi.net.
Tidak hanya aktif
menulis di internet, beliau juga telah menulis beberapa buku, seperti “Fonologi
Bahasa Arab untuk Penutur Indonesia”, “Pola Ungkapan dalam Al-Qur’an dan Contoh
Penggunaannya dalam Kalimat” dan juga “Pola Ungkapan dalam Hadis Nabi SAW dan
Contoh Penggunaannya dalam Kalimat”.
Selain sebagai
dosen, Pak Nasaruddin saat ini juga menjabat sebagai wakil ketua IMLA (Ittihad
Mudarrisil Lughatil ‘Arabiyyah) yang mana pada bulan desember 2023 lalu
berkesempatan mengikuti konferensi tahunan King Salman Global Academy for
Arabic Language di Riyadh, Arab Saudi. Selain sebagai bagian dari IMLA,
konsistensi beliau dalam dunia kebahasaan arab juga yang membuatnya dapat
berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.
Berdasarkan
pengalaman beliau yang pernah menempuh studi di Sudan dan bergelut di dunia
bahasa Arab, tingkat kemampuan berbahasa Arab orang Indonesia masih dinilai
kurang menonjol. Hal ini dilatar belakangi oleh tidak adanya kebiasaan bahasa
Arab sebagai bahasa komunikasi dan proses pembelajaran yang lebih menekankan
pada pengenalan saja, tetapi tidak menekuni dan menerapkannya untuk percakapan sehari-hari.
Penulis: Alfil
Laeli, Naura Maulika Khairunnisa
Editor: Leny