![]() |
Sumber Gambar: Pinterest |
Setiap
tanggal 21 April, masyarakat Indonesia khususnya perempuan berbondong-bondong
merayakan peringatan Hari Kartini. Tujuan diadakannya peringatan ini tak lain
dan tak bukan sebagai upaya masyarakat mengenang dan berterima kasih kepada Raden
Ajeng Kartini atas jasa-jasanya dalam membela hak perempuan. R.A Kartini dengan
sekuat tenaga menghalalkan segala cara agar perempuan Indonesia merdeka sekaligus
dapat menempu pendidikan, kehormatan, dan jabatan layaknya seorang laki-laki.
Namun,
jika dilihat dari realita yang terjadi apakah perempuan Nusantara dapat
dikatakan merdeka? Jika dipelajari lebih lanjut mayoritas pasti akan mengatakan
“Iya”, tetapi beberapa ada yang terlihat masih ragu, bahkan ada yang dengan tegas mengatakan
“Belum”. Maka dari sini dapat disimpulkan perempuan di Nusantara sudah merdeka,
tetapi belum merata.
Dikutip
dari media Kompas.id berdasarkan data Unicef tahun 2023, Indonesia menduduki
peringkat ke-4 di dunia dengan perkiraan sekitar 25,53 juta anak perempuan yang
telah dinikahkan. Sungguh disayangkan, perjuangan yang dianggap usai rupanya
masih berakar hingga saat ini. Pernikahan dini masih menghantui anak-anak
perempuan Indonesia dengan dalih wujud hormat kepada orangtua yang
membesarkannya.
Lebih
jauh lagi, permasalahan yang tidak akan memudar dan menjadi standar utama
kredibilitas perempuan merdeka, yakni patriarki. Budaya patriarki sering kali menjadi
landasan utama atas tidak merdekanya seorang perempuan. Di mana pun tempatnya
dan kapan pun waktunya, patriarki selalu menjadi paket lengkap yang tak
terpisahkan dalam diri seorang perempuan.
Di
Nusantara, khususnya tanah Jawa masyarakat gemar menyebut tugas wanita hanya “macak,
manak, masak” yang memiliki arti berhias, beranak, dan memasak. Stereotip yang
tak berdasar ini secara tidak langsung menempatkan perempuan pada posisi tidak
sebanding dengan laki-laki yang dianggap sebagai kaum serba bisa.
Perjuangan
Ibu Kartini memang telah usai, namun bukan berarti perjuangan perempuan telah
berakhir. Perjuangan perubahan nasib perempuan harus terus dikobarkan karena
perempuan dan laki-laki patut hidup dalam kesetaraan. Janganlah menutup mata
untuk setiap kepedihan yang dialami sesama perempuan, mari terus kepakan
semangat women support women karena jika bukan perempuan sendiri yang
memperjuangkan haknya lantas siapa lagi?
Selamat
memperingati Hari Kartini untuk seluruh Kartini muda yang memperjuangkan hak
perempuan di tanah Nusantara.
Penulis: Kekeh Dwita
Editor: Lenyyy