Tokyo dan Perayaan Kesedihan, Realitas Remaja dalam 212 Halaman: Isu kesehatan mental remaja yang diperbincangkan pada beberapa tahun terakhir ini.

0


 Sumber gambar: Google 

Isu kesehatan mental remaja tengah hangat diperbincangkan pada beberapa tahun terakhir ini. Seperti yang dikutip dalam theconversation.com (28/10/2021), bahwa tim Divisi Psikiatri Anak dan Remaja, Fakultas Kesehatan di Universitas Indonesia mengadakan sebuah riset dengan memetakan keresahan mental remaja dengan periode transisi usia 16-24 tahun dari seluruh Indonesia-terutama pada mahasiswa yang duduk di tahun pertama-melalui survei online. Riset tersebut mendapatkan hasil berupa 95,4% remaja menyatakan bahwa mereka mengalami gejala kecemasan dan 88% remaja menyatakan pernah mengalami gejala depresi dalam menghadapi permasalahan yang terjadi diusainya diusianya.

Merebaknya pembicaraan mengenai kesehatan mental remaja membawa pengaruh pada beberapa bidang, seperti pada industri perfilm-an yang kemarin baru saja merilis film Ku Kira Kau Rumah yang diproduseri oleh Umay Shahab, salah satu artis remaja Indonesia, Dear Nathan yang diadaptasi dari novel Erisca Febriani, yang aktif menyuarakan isu kesehatan mental di instagram pribadinya. Selain industri perfilman, industri sastra khususnya pada novel-novel yang diterbitkan, buku-buku tentang isu mental remaja juga mulai mendapatkan banyak perhatian salah satunya pada novel Tokyo dan Perayaan Kesedihan karya Ruth. Priscilia.

Novel terbitan 2020 ini menarik beberapa minat khalayak, hal itu terbukti banyaknya review yang diterbitkan pada berbagai media sosial. 212 halaman yang dihadirkan Ruth, mengisahkan perjalanan Shira dan Joshua sebagai perwakilan kehidupan remaja. Shira yang selalu mengharapkan kedamaian dari rumahnya dan Joshua yang tengah mencari arti rumah baginya. Ruth sukses menghidupkan Shira dan Joshua sebagai remaja menuju dewasa ditemani permasalahan-permasalahan sesuai dengan yang tengah terjadi di kalangan remaja.

Fase remaja merupakan fase pencarian dan keluarga adalah supporter utama dalam proses pencarian itu, seharusnya. Namun Shira tidak mendapatkan itu, ia merasa rumah bukan tempat pulang yang tepat. Begitu pun Joshua, ia bingung rumah itu yang bagaimana? Keduanya melarikan diri ke Jepang untuk saling mencari obat atas luka dan duka mereka. Realitas yang ditampilkan Ruth di dalam cerita menjadi gambaran bahwa ada beberapa remaja yang bahkan dari keluarga sendiri ia tak mendapatkan dukungan atau melihat keluarganya berantakan seperti yang dialami Shira atau mungkin seperti Joshua yang keluarganya terlihat harmonis tapi ternyata saling menyakiti satu sama lain.

Seperti yang kita ketahui sesuatu ada dan diciptakan pasti memiliki sebab akibat, industri film maupun sastra sendiri tidak semata-mata mengangkat isu kesehatan mental karena sedang ramai diperbincangkan, tetapi juga sebagai kritik terhadap apa yang terjadi di masyarakat. Ruth menulis kisah Shira dan Joshua sebagai sebuah kisah saja, Ruth mengungkapkan bagaimana realitas remaja pada saat ini. Masyarakat khususnya keluarga saling terbuka satu sama lain mungkin dapat menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi remaja. Namun, melakukan hal tersebut memang tidak mudah. Ada banyak hal yang membuat remaja lebih baik menyimpan sendiri kesedihannya. Ruth menggambarkan itu pada diri Shira, tokoh utama yang dibekali segala luka untuk mewakili Shira-Shira yang lain. Gadis itu tak bisa berbagi pada ibunya karena baginya ia tak mampu berbagi. Pada temannya? Shira juga merasa tak mampu, hingga akhirnya bertemu Joshua yang sama-sama berduka. Ruth mempertemukan mereka sebagai obat satu sama lain. Keduanya seakan menjadi suara-suara anak remaja lain dengan permasalahan yang sama.

Antara anak dan orang tua, menjalin komunikasi yang baik adalah kewajiban, .seperti itu seakan Ruth menyuarakan nasihatnya. Setiap orang tua memiliki tanggung jawab pada anaknya, maka tak jarang mereka kerap mengatur banyak hal karena mungkin menurut mereka itu kewajiban. Sedangkan anak, ia memiliki mimpi yang ingin dibangun, ia ingin kepercayaan dari orang sekitar atas mimpi-mimpi dan keinginannya. Dan komunikasi menjadi solusi untuk menghadapi persoalan-persoalan tersebut Ruth, pesan yang ia kirim terdengar semacam itu.

 

Penulis : Risalah Damar Ratri 

Editor : Gitta Alivia Nuryanti 

Tags

Posting Komentar

0Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Situs web kami menggunakan cookie untuk meningkatkan pengalaman anda! Learn More
Accept !