Seminar Nasional Fakultas Adab dan Humaniora
LPM Qimah—Senin (30/04) Fakultas Adab dan Humaniora (FAHUM) menggelar Seminar Nasional yang mengusung tema “Prospek Kajian Ilmu-Ilmu Keadaban dan Humaniora di Era Industri 4.0.” Seminar yang berlangsung sejak pukul 07.30 hingga pukul 13.00 tersebut dilaksanakan di Meeting Room / Ruang Sidang Lantai 9 Gedung Twin Tower A UIN Sunan Ampel Surabaya. Adapun susunan acaranya terdiri atas pembukaan, pembacaan ayat-ayat suci al-Qur’an, menyanyikan lagu “Indonesia Raya” dan “Hymne FAHUM” yang diiringi oleh Paduan Suara ADAB. Kemudian acara diisi dengan beberapa sambutan serta ditutup oleh Misbahul Munir dengan pembacaan doa.
Jajaran dosen beserta segenap mahasiswa yang telah mendaftarkan diri terlihat memadati ruangan seminar yang disediakan. Ahmad Syaikhu, MA. selaku Ketua Panitia sekaligus Ketua Bahasa dan Sastra dalam sambutannya menyampaikan bahwa tujuan diadakannya seminar tersebut yaitu untuk lebih mengembangkan berbagai disiplin ilmu yang ada di Fakultas Adab dan Humaniora, mulai dari Sastra Arab, Sastra Inggris, Sastra Indonesia, dan tentunya Sejarah Peradaban Islam. Hal ini dimaksudkan agar mahasiswa yang telah lulus maupun yang sedang menempuh perkuliahan di FAHUM ini tidak pesimis dalam memandang lapangan pekerjaan yang dianggap semakin sempit.
Jalannya diskusi pada Seminar Nasional tersebut dipandu oleh Dr. Nasaruddin, M.Ed. selaku Wakil Dekan 3 Fakultas Adab dan Humaniora. Sedangkan yang berkesempatan untuk menjadi pemateri yaitu Prof. Dr. Sangidu, M.Hum. selaku Guru Besar dari Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta dan Dr. Muhammad Adlin Sila, M.A., Ph.D selaku Ketua Puslitbang Bimas dan Layanan Keagamaan Kementrian Agama RI. Salah satu poin menarik yang disampaikan oleh Bapak Sangidu yakni mengenai definisi humaniora. Menurutnya, humaniora merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang cara mengangkat dan meningkatkan martabat manusia menjadi lebih manusiawi dan berbudaya.
“Karena itulah, dalam kaitannya dengan prospek ilmu-ilmu keadaban dan humaniora di era industri 4.0, fungsi dari berbagai ilmu tersebut adalah sebagai rem, penyeimbang, dan filter manakala perkembangan industri semakin meleset, kebablasan, dan tidak terkendali.” Ujarnya. Beliau juga menambahkan bahwa seluruh bidang ilmu keadaban dan humaniora dipandang sebagai sesuatu yang transenden dan tidak bersifat inderawi. Cara membangunnya pun memerlukan waktu yang lama karena berkaitan dengan nilai moral serta diperlukan pula proses penghayatan yang mendalam.
Sementara itu, Bapak Adlin Sila mengatakan bahwa setiap perubahan harus disikapi dengan bijaksana agar menghasilkan output yang positif. Kondisi tersebut mengakibatkan adanya perubahan mindset, yaitu cara kerja dan pola membangun hubungan yang harmonis antar suatu kelompok masyarakat maupun organisasi. Beliau melanjutkan, “Jadi, akibat dari Revolusi Industri 4.0 ini menuntut kita untuk mengubah mindset agar tidak tenggelam dan tertinggal oleh perkembangan zaman.” Lebih lanjut, pada sesi tanya jawab, kedua narasumber tersebut menegaskan bahwa lulusan dari Fakultas Adab dan Humaniora bisa bekerja di lingkup yang universal. Selama masih ada manusia yang perlu diangkat martabatnya, maka disitulah mahasiswa FAHUM harus siap mengabdikan diri mereka. (js)