Gawat! Indonesia Semakin Darurat

0
  
Sumber Gambar: www.bbc.com

    Momentum Indonesia Darurat muncul kembali ke daratan dengan wajah yang baru, pasca menghiasi laman sosial media dengan warna birunya kini timbul dengan warna hitam. Publik menamainya dengan sebutan “Garuda Hitam”, sebuah fase dimana ibu pertiwi sedang sekarat dengan simbol peringatan tentang acak-adulnya skema petinggi negeri.

    Suara “Raise the black flag” menjadi peringatan darurat tentang Indonesia yang katanya sudah merdeka. Garuda Hitam disertai tuntutan P.E.N.T.O.L mengecam pemerintah borjuis untuk tidak semakin menyengsarakan rakyat selaku suara tertinggi di negara demokrasi. Berikut gambaran besar tuntutan tersebut :

Polisi diberesin, Energi buat rakyat, Naikkan taraf hidup rakyat, Tunaikan tukin dosen, guru, dan ASN, Output MBG diperbaiki, Lawan mafia tanah dan lengserkan pejabat tolol. 

 Tuntutan P.E.N.T.O.L menjadi wacana kebobrokan pemerintah yang memperlakukan masyarakat seenak jidat. Oknum polisi bejat semakin meningkat, subsidi LPG 3 kilogram mendadak langka, tambang ilegal dimana-mana, pemotongan anggaran terhadap pendidikan, kesehatan, dan trasum, hak para pendidik yang belum ditunaikan, progam MBG yang tidak realistis, mafia tanah dan pejabat yang tidak kompeten yang tak kunjung diberantas. Ini yang dinamakan kabinet pro rakyat?

    Tercatat setidaknya semenjak 3 Februari 2025 kolom pembahasan Garuda Hitam ketika masyarakat berada di puncak emosi pasca Bahlil selaku Menteri ESDM memberlakukan pembatasan distribusi gas LPG 3 kilogram ke pengecer.

  Bagaimana tidak? Pria dengan profesi Menteri tersebut membuat kebijakan dengan sistem yang belum matang. Janji yang dia tuai tidak sebanding dengan pilunya masyarakat dengan klaster ekonomi rendah kesusahan akan kelangkaan LPG 3 kilogram. Bahkan pembeliannya kepada distributor yang telah ditetapkan harus dibarengi dengan menunjukkan KTP (Kartu Tanda Penduduk).

  Puncak permasalahan kelangkaan terlihat ketika seorang lansia tewas akibat kelelahan berjalan bolak-balik menuju agen LPG. Tak berhenti disitu, seorang pedagang dengan nama Effendi ikut mencecar tepat dihadapan Bahlil untuk meluapkan kekesalannya. “Jangan ganggu kemiskinan kami,” begitu salah satu protes Effendi.

   Stok LPG 3 kilogram atau gas melon tertimbun di pusat pangkalan yang tidak merata. Masyarakat sudah susah mencari uang ditambah dengan susah mencari gas, terlebih pekerjaan yang membutuhkan LPG  seperti ; pedagang asongan, toko kelontong dan lain sebagainya. Mereka adalah bukti nyata yang paling merasakan dampak buruk kelangkaan. Pekerjaan terhambat akibat bahan yang mereka cari mengajak petak umpet.

    Dalam 100 hari masa kerja kabinet Merah Putih, konon katanya meraih hampir 80% kepuasan masyarakat. Mari melihat ke bulan Januari, berita ASN demo pimpinannya yakni Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) akibat semena-mena dengan bawahannya. Sejarah baru Indonesia berhasil mencetak rekor dengan ASN menjadi personil untuk demo ke atasannya sendiri. 

    Kemudian pelaksanaan MBG (Makan BerGizi), banyak pihak yang menilai bahwa progam ini terlalu terburu-buru dengan anggaran yang tipis. Dilansir dari sejumlah akun di aplikasi X banyak anggaran yang diakumulasikan ke progam tersebut sehingga banyak progam tak terealisasikan. Salah satunya dibuktikan dengan mangkraknya pembangunan IKN.

  Belum lama ini, pagar bambu yang membentang sejauh 30,16 kilometer di perairan Tangerang sempat menjadi sajian hangat dalam berbagai siaran publik di Indonesia.  Legalisir dari tanggul laut tersebut masih dipertanyakan karena tidak memiliki Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut (PKKPRL). Bukan swasembada sebagai upaya penanggulangan abrasi dan kejutan megatrust, pagar laut yang dipasang tanpa izin juga memagari kesejahteraan para nelayan dan masyarakat pesisir karena korporasi besar yang mengancam hak-hak mereka. 

    Kini, Sang Garuda nampak kesulitan terbang karena sayapnya mulai berlubang dan gerogotan jamur di tubuhnya mulai menghitam. Mata tajamnya buram dalam ketinggian, cengkraman melemah dengan keputusasaan, tidak ada lagi siulan bijak yang keluar dari paruhnya. Lantas, sampai kapan garuda kita kesakitan? Sampai kapan jamur-jamur itu menggembala dalam seisi tubuhnya? Bukankah harapan kalian ada pada helai sayap yang dikepakkannya? Insan-insan yang mampu mengobati dan mewarnai duka garuda dan ibu pertiwi.

Penulis: Zidan As'ad dan Kekeh Dwita
Tags

Posting Komentar

0Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.
Posting Komentar (0)

#buttons=(Accept !) #days=(20)

Situs web kami menggunakan cookie untuk meningkatkan pengalaman anda! Learn More
Accept !